Padang Ekspres • Sabtu, 30/06/2012 10:41 WIB •
Padang, Padek—Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kembali meminta warga berdomisili sepanjang pantai Sumatera selalu waspada. Pasalnya, ancaman gempa besar diprediksi berkuatan 8,9 skala richter (SR) diiringi tsunami sesuai kajian pakar kegempaan dunia, bisa saja sewaktu-waktu terjadi. Saking kuatnya gempa itu, kekuatannya bahkan setara 1 juta kali ledakan bom Hirosima.
Kepala BNPB Syamsul Maarif ketika ditemui Padang Ekspres dalam acara rapat kerja BPBD seluruh Indonesia dan BPBD serta kepala daerah se-Sumbar di Hotel Pangeran Beach, kemarin (29/6), menyebutkan bahwa skenario terburuk itu jelas di luar keterbatasan akal manusia. Meski begitu, tidak berarti masyarakat berpasrah diri dan menerima keadaan begitu saja. Langkah terpenting, lanjutnya, masyarakat saat gempa harus melakukan evakuasi diri masing-masing.
”Jangan saling mencari saat gempa besar terjadi. Jangan juga berlari ke Bypass, karena waktu sudah tak cukup lagi menuju Bypass. Langkah paling tepat adalah segera mencari shelter terdekat. Jika anak, suami atau istri berada di lokasi berbeda, jangan saling mencari. Selamatkan diri masing-masing. Setelah 2 sampai 2,5 jam atau setelah air berhenti bergejolak, baru turun mencari sanak keluarga terdekat,” ucapnya.
Syamsul Maarif menilai, masyarakat Sumbar masih belum siap menghadpai bencana. Buktinya, saat gempa 11 April lalu, jalan-jalan masih macet karena warga berusaha menyelamatkan diri menggunakan kendaraan menuju Bypass. “Mitigasi bencana menjadi suatu hal penting untuk dilakukan. Saya minta ninik mamak, alim ulama dan cadiak pandai, serta bundo kandung membisikkan pada keponakan akan kemungkinan dampak gempa. Masyarakat tak perlu takut dengan gempa, tapi hal yang penting adalah waspada dan bersiap siaga terhadap kemungkinan bencana,” ujarnya.
Masyarakat, imbuhnya, hanya memiliki waktu 23-30 menit untuk menyelamatkan diri. Artinya, masyarakat harus bisa memberikan prioritas. Apakah sayang terhadap harta benda, atau sayang terhadap keselamatan nyawa dan keluarga. “Tsunami tidak selalu ditandai dengan keringnya air laut. Itu yang harus dipahami masyarakat,” ucapnya sembari memerintahkan stafnya bernama Suryo menginformasikan skenario terburuk saat gempa bumi terjadi di Sumbar.
Menurut Suryo, skenario terburuk gempa berkekuatan 8,9 SR yang terjadi di Sumbar posisinya sekitar Mentawai atau pertemuan dua lempeng dikenal dengan istilah megathrust. Kedalaman gempa antara 10 sampai 20 km di barat daya Pulau Siberut. Untuk sampai ke Padang diprediksi waktunya hanya 30 menit, namun untuk daerah lainnya seperti Pesisir Selatan waktunya relatif lebih lambat dari Padang.
”Daerah berupa teluk, tinggi gelombang akan semakin tinggi. Hantaman gelombang tsunami antara 2 sampai 2,5 jam. Kecepatan air adalah 400 km/jam,” ucapnya. Diperkirakan, sebut Suryo, sebanyak 40 ribu orang meninggal, 103 ribu luka- luka, 52 ribu hilang dan 181 ribu mengungsi. “Ini hanya prediksi skenario terburuk saja,” katanya.
Perbanyak Shelter
BNPB berjanji dalam waktu 2 tahun ini akan mengebut pembangunan shelter untuk Sumbar. “Tahun 2013 akan dimulai pembangunan shelter. Program shelter ini hanya dalam jangka waktu 2 tahun atau sampai 2014, sesuai perintah dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kenapa program shelter jangka pendek ini hanya 2 tahun, karena disesuaikan dengan masa jabatan presiden,” ujar Syamsul Maarif.
Dalam pembangunan shelter tersebut, tambahnya, pemerintah daerah harus melibatkan semua unsur di daerah, baik alim ulama, cadiak pandai, ninik mamak, bundo kandung dan tokoh- tokoh lembaga kerapatan di daerah. Dengan begitu, diharapkan alokasi dana yang telah dikucurkan tidak sia-sia. Di mana, masyarakat merasa memiliki bangunan shelter tersebut.
Di Padang, menurutnya, sedikitnya 300 ribu jiwa terpapar di zona merah. Untuk menyelamatkannya, dibutuhkan 300 shelter. “Shelter yang dibangun itu harus kuat. Jangan sampai shelter yang dimanfaatkan orang untuk berlindung, tidak dapat dijadikan masyarakat untuk berlindung. Struktur bangunan shelter ini hendaknya benar-benar diperhatikan. Desainnya terserah saja, namun saya anjurkan pilihan desainnya bisa membelah gelombang tsunami yang datang,” usulnya.
Tinggi shelter yang akan dibangun adalah 15 meter. Untuk satu unit shelter, didesain untuk menampung 2 ribu orang. Lokasinya bisa saja dibangun di tanah lapang, bangunan kantor pemerintahan, masjid dan pasar. Jika satu shelter didirikan pada satu tempat, maka bupati atau wali kota harus mendapatkan tanda-tangan dari masyarakat. Tanda-tangan itu bentuk komitmen masyarakat untuk memanfaatkan bangunan shelter jika bencana terjadi.
“Saya tidak mau bangunan shelter yang telah dianggarkan tidak termanfaatkan seperti halnya di Aceh. Banyak masyarakat tidak merasa memiliki shelter, karena menganggap itu bangunan milik pemerintah. Saya tak mau itu terjadi. Makanya, saya minta seluruh komponen di masyarakat tadi dilibatkan. Supaya mereka juga memberikan edukasi dan sosialisasi pada masyarakat. Jika satu shelter untuk 2 ribu jiwa, maka harus ada tanda tangan 2 ribu jiwa itu. Sepanjang tidak ada tanda tangan dari warga, saya tidak akan kucurkan dana pembangunan shelter tersebut,” ucapnya.
Setiap shelter, tambahnya, harus ada ketuanya. Di mana dalam tim tersebut, ada unsur pemerintah, alim ulama, cadiak pandai, dan bundo kandung. Jika shelter dibangun 300 unit, maka organisasi masyarakatnya juga ada 300 organisasi. Shelter itu menjadi milik masyarakat setempat.
Epi Jayusman, pengurus Lembaga Kerapan Adat Alam Minangkabau (LKAM) Sijunjung, mendukung program BNPB melibatkan alim ulama, ninik mamak dan cadiak pandai dalam pembangunan shelter tersebut. “Kami siap memberikan dukungan terhadap program ini. Ninik mamak di Sumbar adalah informal leader yang tidak dikoordinir pemerintah, namun memiliki kekuatan yang cukup besar di tengah masyarakat,” ujarnya.
Martius Datuak Pandito Rajo Alam, pengurus LKAAM Sumbar meminta agar pembangunan shelter itu dipercepat. “Saya setuju dengan itu. Mohon pembangunan shelter itu dipercepat. Padang berada di pinggir laut,” sarannya.
Wakil Gubernur Sumbar Muslim Kasim mengatakan, perubahan pradigma dari BNPB dalam pembangunan shelter adalah langkah tepat. “Ini adalah penghargaan tak terhingga ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai dan bundo kandung. Jika sebelumnya tidak diajak, sekarang sudah diikutsertakan. Permintaan BNPB agar kepala daerah menyiapkan tanda tangan untuk jaminan, itu hendaknya dijadikan perhatian. Sehingga, bangunan shelter dapat termanfaatkan secara baik,” ucapnya
Kepala BPBD Sumbar Yazid Fadli menyebutkan, sedikitnya 921 ribu jiwa masyarakat Sumbar bermukim di zona merah. Artinya, perlu kesiapsiagaan penuh untuk meminimalisir korban tsunami.
Rakornas dan Apel Siaga
Usai Shalat Jumat, Syamsul Maarif memimpin langsung apel siaga bencana di Ruang Terbuka Imam Bonjol Padang, kemarin (29/6). Dalam apel siaga ini, juga dilakukan simulasi penyelamatan korban bencana dan penanggulangan kebakaran hutan oleh petugas BNPB. Ini merupakan bagian dari rakor BNPB dan BPBD se-Indonesia.
Dalam apel siaga kemarin, tim BNPB memperagakan proses penanganan bencana berupa penyelamatkan korban memakai helikopter dan melacak korban bencana yang tertimpa reruntuhan, dan mengevakuasinya.
Tim BNPB menggunakan helikopter untuk menemukan lokasi korban terkena bencana. Setelah titik lokasi korban ditemukan, petugas diterjunkan dari helikopter menggunakan tali dan korban dievakuasi melalui udara dan darat.
Di sesi selanjutnya, petugas melakukan deteksi korban tertimpa reruntuhan dengan melakukan pemotongan beton. Lalu, ditampilkan petugas menggunakan helikopter melakukan pemadaman kebakaran hutan.
Dalam apel bertema “Apel Siaga Penanggulangan Bencana Memperkuat Kesiapsiagaan Untuk menuju Indonesia Tangguh” tersebut, juga dipamerkan berbagai peralatan dan alat transportasi pendukung operasional yang digunakan tim reaksi cepat (TRC) lapangan dan posko BPBD. Adapun perlengkapan yang dipamerkan tersebut adalah, 2 unit helikopter, 35 kendaraan rescue, 5 kendaraan medis/ambulance.
Lalu, 1 kendaraan komunikasi, 1 kendaraan peralatan rescue, 3 kendaraan dapur umum, 5 kendaraan water treatment dan sanitasi, 59 sepeda motor trail TRC, 27 perahu rescue, 5 alat berat, 1 tenda rumah sakit lapangan, 15 tenda posko/personel, 2 set peralatan TIK, dan 5 unit light tower genset. Total peralatan dipamerkan saat apel siaga kurang lebih 170 unit kendaraan. Apel siaga ini juga melibatkan anggota TNI, dinas kesehatan, dinas sosial, dinas pekerjaan umum, dinas pemadam kebakaran, Polri, PMI, Kominfo, BMKG, Basarnas, relawan dan ormas.
“Kekuatan relawan Sumbar menjadi prototype nasional dalam menangani bencana berbasis masyarakat. Ini menjadi contoh terutama dalam mewujudkan Indonesia tangguh menghadapi bencana,” kata Syamsul Ma’arif saat menjadi inspektur upacara gladi lapangan apel siaga penanggulangan bencana.
Penyerapan Anggaran
Di sisi lain, rakor BPBD se-Indonesia dilakukan untuk evaluasi penyerapan anggaran penanggulangan bencana di seluruh daerah di Indonesia, serta penguatan aspek manajerial pengawasan dan pengendalian penanggulangan bencana di Indonesia tahun 2012.
Dia memaparkan, sudah menjadi tradisi dari kementerian dan lembaga melaksanakan rakor untuk menyusun perencanaan pelaksanaan APBN. Tahun ini, menurutnya, BNPB melaksanakan awal Februari lalu, sekaligus ulang tahun BNPB. “Sekarang setelah berjalan hampir enam bulan. Untuk itu, kita lakukan evaluasi dan memberi masukan terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan BPBD,” terangnya.
Selama ini, menurutnya, penyerapan anggaran penanganan penanggulangan bencana sangat timpang. Dana siap pakai penyerapannya sangat tinggi, namun penyerapan dana rehab rekon sangat rendah, begitu juga di Sumbar, khususnya Mentawai.
Sementara itu, hari ini (30/6), akan dilaksanakan acara melewakan gala untuk Kepala BNPB Syamsul Maarif yang menyandang gelar Yang Dipatuan Rajo Maulana Paga Alam dan untuk istrinya, Nanik Kadariyani Puti Reno Anggun Suri di Istano Basa Pagaruyung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar