Minggu, 24 November 2013

Mengapa Suami Cenderung Tidak Romantis di Mata Istri?


Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com - Banyak istri mengeluhkan suami yang kehilangan romantisme. Dulu saat masih masa pacaran, tampak sisi romantisme yang membuat mereka berinteraksi secara intim dan mesra. Demikian pula saat pengantin baru, sisi-sisi romantisme masih dirasakan. Namun seiring perjalanan waktu, istri mulai mengeluhkan sikap suami yang cenderung pasif dan kehilangan romantisme. Interaksi dan komunikasi setelah berumah tangga semakin lama semakin mengalami penurunan baik kualitas maupun kuantitas.

“Mengapa engkau tidak pernah lagi memuji dan merayuku? Dulu engkau bisa berlaku romantis, sekarang sudah tidak bisa lagi”, keluh Mia kepada Bayu, suaminya.

“Kita sudah tambah tua, anak sudah besar, apa iya disuruh seperti anak muda pacaran yang suka merayu…. Ingat Ma, kita sudah tidak muda lagi…”, jawab Bayu.

“Apakah pasangan umur empat puluhan seperti kita sudah tidak layak untuk romantis lagi Pa? Kita ini belum terlalu tua…” sergah Mia tidak mau mengalah.

Apakah yang terjadi pada Bayu dan Mia? Sebenarnya ini bukan soal “salah siapa”, namun hanya persoalan perbedaan khas antara dunia laki-laki dan dunia perempuan. Mereka saling tidak memahami ada yang berbeda di antara suami dan istri, sehingga menimbulkan suasana saling heran bahkan saling menyalahkan satu dengan yang lain.

Apa yang Terjadi Pada Suami?

Secara umum, laki-laki cenderung memiliki “zona nyaman” dalam suatu hubungan. Sebelum memiliki istri, ia berusaha mendapatkan istri yang ideal menurut standar kelelakiannya, dan untuk itu ia rela melakukan apapun demi mendapatkan calon pendamping hidupnya.  Seorang lelaki berusaha mengejar dan mendapatkan perempuan yang menarik dan membuatnya tergila-gila, yang diharapkan menjadi istri. Ia melakukan berbagai usaha agar bisa mendapatkan perempuan tersebut, walau kadang harus bersaing dengan banyak lelaki lain.

Namun setelah memiliki istri, laki-laki mulai memasuki zona nyaman. Ia merasa aman, tidak perlu mengejar atau melakukan usaha untuk mendapatkan pendamping hidup, karena sudah ada di sampingnya. Ketika sudah memasuki zona nyaman dalam hubungan, laki-laki merasa bisa fokus pada hal lain dalam hidupnya tanpa harus memusingkan lagi urusan mencari pendamping hidup. Ia bisa fokus pada karier, pekerjaan, organisasi, hobi, dan lain sebagainya, dan yakin bahwa istri juga nyaman berada di sampingnya.

Pada beberapa kalangan suami, ketika sedang berduaan dengan istri, tidak masalah bila dia asyik membaca koran, menonton berita di TV atau bekerja di laptop, dan istrinya pun asyik membaca buku atau memainkan blackberry. Saling sibuk dan asyik mengerjakan urusan masing-masing, adalah sebuah kedamaian dan kebahagiaan tersendiri bagi beberapa kalangan laki-laki. Baginya, itu sudah lebih dari cukup. Maka laki-laki terkesan berubah menjadi lebih cuek setelah menikah, padahal itu artinya dia sudah merasa nyaman dan stabil dengan istrinya.

Sikap seperti inilah yang oleh kebanyakan istri disebut sebagai tidak romantis dan tidak peduli. Di mata istri, suami kehilangan romantisme setelah berumah tangga, apalagi ketika sudah menempuh masa yang panjang. Padahal suami merasa tidak ada yang berubah dari dirinya. Bahkan dia merasa sudah sedemikian nyaman hidup berumah tangga, dan heran mengapa sang istri masih mencari-cari kekurangannya.

Apa yang Terjadi pada Istri?

Di sisi lain, perempuan memerlukan “perhatian yang konsisten” dalam suatu hubungan. Istri ingin diperlakukan secara romantis, sedikit dicemburui, dirayu, dipuji, butuh bermesraan, dan lain sebagainya. Apalagi bila sebelum menikah dulu si laki-laki sudah tampak romantis, maka perempuan memiliki ekspektasi yang tinggi bahwa suaminya akan semakin romantis setelah menikah. Banyak perempuan menginginkan romance dan drama dalam suatu hubungan, dia ingin melihat suaminya berusaha membahagiakan dirinya. Bahkan cukup dengan melihat usahanya saja, perempuan sudah merasa bahagia. Karena itu, ketika sedang berduaan, wanita akan mengeluh bila suaminya asyik bekerja di laptop atau memainkan blackberry tanpa mempedulikannya.

Ketika istri sedang berduaan dengan suami di rumah dan melihat suami sibuk melakukan aktivitas di komputer atau handphone, istri akan berpikir, “Mengapa aku dicuekin begini? Sudah dia super sibuk, jarang di rumah, begitu di rumah malah asyik dengan aktivitasnya sendiri. Mungkin dia sudah tidak sayang lagi padaku….” Padahal yang ada di dalam pikiran suami adalah, “Ada kamu di sini saja, aku sudah senang. Sekarang aku bisa beraktivitas dengan tenang….”

Istri berpikir, “Kenapa asyik dengan laptop atau handphone saat berduaan dengan aku? Kamu kan bisa melakukan itu saat di kantor. Mengapa engkau tidak peduli kepadaku?” Sementara suami berpikir, “Kenapa harus nungguin aku yang lagi kerja di laptop? Kamu kan bisa mengerjakan hal lain, nonton TV, baca koran atau baca buku atau apapunlah yang menyenangkanmu…”

Apabila berulang kali mengalami kejadian seperti ini, istri akan mulai mengeluh pada suami. Lama kelamaan keluhan ini berubah menjadi tuntutan. Tanggapan suami biasanya tersinggung dan membela diri, karena merasa tidak melakukan kesalahan apapun. Istri menuduh suami tidak peka, tidak romantis dan tidak pengertian, sedangkan suami menuduh istri banyak menuntut dan mencari-cari masalah. Akibatnya pertengkaran pun terjadi dan saling menyalahkan satu sama lain. Hanya karena keduanya tidak mengerti kebutuhan pasangannya, dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Saling Memahami, Saling Kompromi

Dalam kejadian seperti yang dialami oleh Mia dan Bayu di atas, sebenarnya tidak ada yang perlu disalahkan. Keduanya hanya perlu dilatih dan dibiasakan untuk saling mengerti, saling memahami dan saling kompromi. Bila Mia dan Bayu sudah mengerti apa yang dibutuhkan pasangannya, maka solusinya menjadi mudah mereka dapatkan. Yang diperlukan adalah kesediaan suami dan istri untuk selalu berusaha memahami pasangan, dan kemudian menentukan titik kompromi yang paling mungkin atas perbedaan yang terjadi di antara mereka.

Para istri harus mengerti kecenderungan umum laki-laki dalam mengapresiasi sebuah hubungan, demikian pula para suami harus mengerti kecenderungan umum perempuan. Mereka berdua akan lebih mudah menyesuaikan diri, karena mengerti mengapa perbedaan sudut pandang ini bisa terjadi. Kompromi lebih mungkin dilakukan antara suami dengan istri, apabila keduanya sudah saling memahami dengan baik keinginan pasangannya.

Contoh kompromi itu adalah, suami dan istri menyediakan waktu-waktu khusus untuk tidak boleh ada gangguan dalam hubungan. Misalnya hari tertentu atau jam tertentu, suami dan istri tidak disibukkan oleh pekerjaan dan aktivitas masing-masing. Bisa duduk, bercengkerama, bercanda berdua dengan leluasa. Tanpa diganggu handphone, blackberry, laptop, koran, majalah, TV dan lain sebagainya. Waktu-waktu yang istimewa dan spesial, di mana mereka bisa leluasa mengobrol dan memperbincangkan apa saja tanpa diganggu oleh kesibukan masing-masing

Sabtu, 02 November 2013

Dzikir-Dzikir Menjelang Tidu

1)

"Beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya, lalu meniupkan, lalu membaca kepada keduanya beberapa surat: Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Penyanyang. Katakanlah: 'Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan Yang bergantung kepadaNya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tiada seorang pun yang setara denganNya'. Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Penyanyang. Katakanlah (wahai Muhammad); "Aku berlindung kepada (Allah) Tuhan yang menciptakan sekalian makhluk, "Dari bencana makhluk-makhluk yang Ia ciptakan; "Dan dari bahaya gelap apabila ia masuk; "Dan dari kejahatan makhluk-makhluk yang menghembus-hembus pada simpulan-simpulan (dan ikatan-ikatan); "Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia melakukan dengkinya". Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Penyanyang. Katakanlah (wahai Muhammad): "Aku berlindung kepada (Allah) Pemulihara sekalian manusia. "Yang Menguasai sekalian manusia, "Tuhan yang berhak disembah oleh sekalian manusia, "Dari kejahatan pembisik penghasut yang timbul tenggelam, "Yang melemparkan bisikan dan hasutannya ke dalam hati manusia, "(Iaitu pembisik dan penghasut) dari kalangan jin dan manusia". Lalu dengan kedua telapak tangan beliau mengusap semua anggota tubuhnya yang boleh dijangkau. Beliau memulai mengusap dengan menggunakan kedua telapak tangannya dari kepala, wajah, dan bahagian depan tubuhnya." Beliau melakukan sedemikian sebanyak tiga kali.

"[When retiring to his bed every night, the Prophet (saws) would hold his palms together, spit (A form of spitting comprising mainly of air with little spittle) in them, recite the last three chapters (Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas) of the Quran and then wipe over his entire body as much as possible with his hands, beginning with his head and face and then all parts of the body, he would do this three times.]"

[HR. Al-Bukhari dalam kitab Fathul Baari, (9/62), no.5017; dan Muslim, (4/1723), no.2192]

Shahabiyah yang meriwayatkan hadits ini adalah Aisyah Radhiyallahu Anha.


2)
"Siapa yang membacanya (ayat Kursi) saat hendak tidur, maka sesungguhnya dia selalu berada dalam perlindungan Allah dan tidak didekati syaitan hingga pagi hari". 

Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Tetap hidup, Yang Kekal selama-lamanya mentadbirkan (sekalian makhlukNya). Yang tidak mengantuk usahkan tidur. Yang memiliki segala yang ada di langit dan yang ada di bumi. Tiada sesiapa yang dapat memberi syafaat (pertolongan) di sisiNya melainkan dengan izinNya. yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari (kandungan) ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki (memberitahu kepadanya). Luasnya Kursi Allah (ilmuNya dan kekuasaanNya) meliputi langit dan bumi; dan tiadalah menjadi keberatan kepada Allah menjaga serta memelihara keduanya. Dan Dia lah Yang Maha Tinggi (darjat kemuliaanNya), lagi Maha Besar (kekuasaanNya). (Al-Baqarah 2:255)

"[verse of Al-Baqarah 2:255]"

[HR. Al-Bukhari dalam kitab Fathul Baari, (4/4870, no.2311]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.


3)
Membaca dua ayat terakhir dalam surah Al-Baqarah (2:285-286)
Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga orang-orang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya. (Mereka berkata): "Kami tidak membezakan antara seorang dengan yang lain Rasul-rasulnya". Mereka berkata lagi: Kami dengar dan kami taat (kami pohonkan) keampunanMu wahai Tuhan kami, dan kepadaMu jualah tempat kembali".
(Al-Baqarah 2:285)
Allah tidak memberati seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya. Ia mendapat pahala kebaikan yang diusahakannya, dan ia juga menanggung dosa kejahatan yang diusahakannya. (Mereka berdoa dengan berkata): "Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau mengirakan kami salah jika kami lupa atau kami tersalah. Wahai Tuhan kami ! Janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanan yang berat sebagaimana yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu daripada kami. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak terdaya memikulnya. Dan maafkanlah kesalahan kami, serta ampunkanlah dosa kami, dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah Penolong kami; oleh itu, tolonglah kami untuk mencapai kemenangan terhadap kaum-kaum yang kafir". (Al-Baqarah 2:286)
"Barangsiapa membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah di malam hari, maka keduanya akan menjaganya/mencukupinya."

"[The last two verses of Surat Al-Baqarah]"

[HR. Al-Bukhari, dalam kitab Fathul Baari, (9/94), no.4008; Muslim, (1/554), no.808]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Mas'ud Al-Ansyari dan Uqbah bin Amr bin Tsa'labah Radhiyallahu Anhuma.


4)

Bismika rabbî wadactu janbî wa bika arfacuhu. Fa-in amsakta nafsî fa-rhamhâ, wa in arsaltahâ fa-hfazhâ bi-mâ tahfazu bihi cibâdaka s-sâlihîn.

"Dengan menyebut nama-Mu, wahai Tuhanku aku merebahkan tubuhku, dengan menyebut nama-Mu aku angkat tubuhku. Jika Engkau hendakmenahan jiwaku (mencabut nyawaku) maka kasihanilah, dan jika Engkau biarkan (hidup) maka jagalah sebagaimana Engkau menjaga hamba-hamba-Mu yang shaleh".

"In Your name my Lord, I lie down and in Your name I rise, so if You should take my soul then have mercy upon it, and if You should return my soul then protect it in the manner You do so with Your righteous servants."

[HR. Al-Bukhari, (11/126), no.6320; dan Muslim, (4/2084), no.2714]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.


5)

Allâhumma innaka khalaqra nafsî wa anta tawaffâhâ. Laka mamâtuhâ wa mahyâhâ. In ahyaytahâ fa-hfazha, wa in amattahâ fa--ghfirlahâ. Allâhumma inni as'aluka-l-câfiyata.

"Ya Allah, Sesungguhnya Engkau menciptakan diriku, dan Engkaulah yang akan mematikannya. Mati dan hidupnya hanya milik-Mu. Apabila Engkau menghidupkannya, maka peliharalah ia. Apabila Engkau mematikannya, maka ampunilah ia. Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu keselamatan".

"O Allah, verily You have created my soul and You shall take it’s life, to You belongs it’s life and death. If You should keep my soul alive then protect it, and if You should take it’s life then forgive it. O Allah, I ask You to grant me good health."

[Ditakhrij Muslim, (4/2083), no.2712; dan Ahmad dengan lafaz darinya (2/79)]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma.


6)

Allâhumma qinî cadhâbaka yawma tabcathu cibâdaka. (3fois)

"Bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam jika hendak tidur, maka beliau meletakkan tangan kanannya di bawah pipinya, kemudian mengucapkan...."
"Ya Allah, lindungilah aku (dari) azab-Mu padahari Engkau bangkitkan hamba-bamba-Mu“. Dibaca tiga kali.

"O Allah, protect me from Your punishment on the day Your servants are resurrected. [three times]"

[Abu Dawud dengan lafaz darinya, (4/311), no.5045. Dan lihat Shahih At-Tirmidzi, (3/143)]

Shahabiyah yang meriwayatkan hadits ini adalah Ummul Mukminin Hafshah bintu Umar Radhiyallahu Anha.


7)

Bismika l-lâhumma amûtu wa ahyâ.

"Dengan nama-Mu, ya Allah, aku mati dan aku hidup".

"In Your name O Allah, I live and die."

[HR. Al-Bukhari, dalam kitab Fathul Baari, (11/113), no.6312; dan Muslim, (4/2083), no.2711; dari hadits Al-Bara' Radhiyallahu Anhu]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyallahu Anhu.



8)

Subhâna l-lâh (33 fois), al-hamdu li-l-lâh (33fois), allâhu akbar (34 fois).

“Membaca Subhanallah 33x, Al-Hamdulillah 33x, Allahu Akbar 34x". “Siapa yang membacanya saat hendak tidur, maka hal itu lebih baik baginya dari (memiliki) seorang pembantu”.

"How Perfect Allah is [thirty-three times]. All praise is for Allah [thirty-three times]. Allah is the greatest. [thirty-four times]"

[Diriwayatkan Al-Bukhari, dalam kitab Fathul Baari, (7/71), no.3705; dan Muslim, (4/2091), no.2727]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu.


9)

Allâhumma rabba s-samâwâti s-sabci wa rabba-l-carshi-l-cazîmi ! Rabbanâ wa rabba kulli shay'in ! Fâliqa-l-habbi wa n-nawâ wa munzila t-tawrâti wa-l-injîli wa-l-furqâni.
Acûdhu bika min sharri kulli shay'in anta âkhidhun bi-nâsiyatihi. Allâhumma anta-l-awwalu fa-laysa qablaka shay'un. Wa anta-l-âkhiru fa-laysa bacdaka shay'un.
Wa anta-z-zâhiru fa-laysa fawqaka shay'un. Wa anta-l-bâtinu fa-laysa dûnaka shay'un. Iqdcannâ d-dayna wa aghninâ mina-l-faqri.

"Ya Allah, Tuhan yang menguasai langit yang tujuh, Tuhan yang menguasai Arasy yang agung, Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu, Tuhan yangmembelah butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah,Tuhan yang menurunkan kitab Taurat, Injil dan Furqan (Al Qur'an). Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau memegang ubun-ubunnya. Ya Allah, Engkaulah yang pertama, sebelum-Mu tidak ada sesuatu. Engkaulah yang terakhir setelah-Mu tidak ada sesuatu. Engkaulah yang dzahir, diatas-Mu tidak ada sesuatu. Engkaulah yang batin, di bawah-Mu tidak ada sesuatu, lunasilah hutang kami dan berilah kami kekayaan hingga kami terlepas dari kefakiran".

"O Allah, Lord of the seven heavens and the exalted throne, our Lord and Lord of all things, Splitter of the seed and the date stone, Revealer of the Tawrah, the Injeel and the Furqan, I take refuge in You from the evil of all things You shall seize by the forelock. O Allah, You are The First so there is nothing before You and You are The Last so there is nothing after You.You are Aththahir so there is nothing above You and You are Al-Batin so there is nothing closer than You.Settle our debt for us and spare us from poverty."

[HR. Muslim, (4/2084), no.2713]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.


10)

Alhamdu li-l-lâhi l-lâdhi atcamanâ, wa saqânâ, wa kafânâ, wa âwânâ. Fa-kam mimman lâ kâfiya lahu wa lâ mu'wî.

“Segala puji hanya bagi Allah Yang telah memberi kami makan dan memberi kami minum, mencukupi kami, memberi kami tempat berteduh. Betapa banyak orang yang tidak memiliki siapa yang mencukupinya dan memberinya tempat berteduh".

"All praise is for Allah, Who fed us and gave us drink, and Who is sufficient for us and has sheltered us, for how many have none to suffice them or shelter them."

[HR. Muslim, (4/2085), no.2715]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu.


11)

Allâhumma câlim-alghaybi wa sh-shahâdati, fâtira s-samâwâti wa-l ardi, rabba kulli shay'in wa malîkahu. Ash-hadu anlâ ilâha illâ anta. Acûdhu bika min sharrin nafsî, wa min sharri sh-shaytâni wa chirkihi, wa an aqtarifa calâ nafsî sû'an ajurrahu ilâ mouslim(in).

“Ya Allah, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Wahai Tuhan Pencipta langit dan bumi, Tuhan segala sesuatu yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, syaitan dan bala tentaranya, atau aku menjalankan kejelekan terhadap diriku atau mendorong orang Islam padanya".

"O Allah, Knower of the seen and the unseen, Creator of the heavens and the earth, Lord and Sovereign of all things I bear witness that none has the right to be worshipped except You. I take refuge in You from the evil of my soul and from the evil and shirk of the devil, and from committing wrong against my soul or bringing such upon another Muslim."

[Abu Dawud, (4/317), no.5083. Lihat Shahih At-Tirmidzi, (3/142)]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu Anhu.


12)
"Membaca surah As-Sajadah dan Tabarak (Surat Al-Mulk)".

"[Surat As-Sajdah : XXXII, Surat Al-Mulk : LXVII]"

[At-Tirmidzi, no.3404; An-Nasa'i, dalam kitab 'Amal Al-Yaum wa Al-Lailah, no.707. Lihat Shahih Al-Jami', (4/255), no.4873]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhuma.


13)

Allâhumma aslamtu nafsî ilayka, wa fawwadtu amrpi ilayka, wa wajjahtu wajhî ilayka, wa alja'tu zahrî ilayka.
Raghbatan wa rahbatan ilayka. Âmantu bi-kitâbika l-ladhî anzalta wa bi-nabiyyika l-ladhî arsalta.

“Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku menyerahkan urusanku kepada-Mu, aku menghadapkan wajahku kepada-Mu, aku merebahkan punggungku kepada-Mu. Kerana senang (mendapat rahmat-Mu) dan takut pada (siksaan-Mu). Tidak ada tempat perlindungan dan penyelamatan dari (ancaman)-Mu, kecuali kepada-Mu. Aku beriman pada kitab yang telah Engkau turunkan (melalui malaikat) dan (kebenaran) nabi-Mu yang Engkau utus".

"O Allah, I submit my soul unto You, and I entrust my affair unto You, and I turn my face towards You, and I totally rely on You, in hope and fear of You. Verily there is no refuge nor safe haven from You except with You. I believe in Your Book which You have revealed and in Your Prophet whom You have sent."

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda kepada orang yang membacanya menjelang tidur:
"Jika engkau mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah sebagaimana wudhumu untuk menunaikan shalat, lalu berbaringlah di atas sisi kananmu dan bacalah...."
"Jika engkau meninggal, engkau meninggal dalam keadaan fitrah”.

[HR. Al-Bukhari, dalam kitab Fathul Baari, (11/113), no.6313, 6315, dan 7488; dan Muslim, (4/2081), no.2710]